Boru Panggoaran.


         Sebagai seorang gadis yang ditakdirkan untuk lahir pada suku Batak, tentu memiliki kesan tersendiri bagi saya. Lahir sebagai seorang anak sulung yang tumbuh dengan penuh cinta kasih orangtua, dengan waktu hidup sedikit lebih lama bersama orangtua dibandingkan dengan adik-adik yang berbeda jarak umur. Satu kata, Seru!

         Seperti orangtua Batak pada umumnya, orangtua saya memiliki wajah seram (menurut teman-teman saya) dan watak keras, namun tidak dengan hatinya. Perlakuan mereka dimata anak-anaknya nampak berbeda antara satu dengan lainnya. Saya, ketika itu, menjadi seorang anak perempuan yang jarang diomelin, karena saya berusaha untuk menuruti dan selalu berbuat baik. Namun, berbeda dengan adik laki-laki yang berbeda 2 tahun dari saya, dengan karakter anak laki-laki pada umumnya, hampir setiap hari dia diajarkan untuk menjadi seorang yang tangguh, alias diomelin melulu, hehe. Berulang kali dia mengatakan begitu iri kepadaku, "kenapa si kakak nggak?" "kenapa sih aku terus yang disuruh?" "kenapa kenapa kenapa?!", keluhnya setiap kali. Bagaimanapun, demikianlah cara mereka mendidik karakter kami dengan kasih yang mereka miliki. Alhasil, saya tumbuh menjadi seorang yang pendiam, patuh pada aturan, terkadang jadi nggih nggih bae (iya iya aja)dan tidak menyukai bahkan menghindari konflik. Sedangkan adik saya, dia tumbuh menjadi orang yang suka berdebat, dengan kata lain dia memiliki keberanian berbicara dan berpendapat yang baik dibandingkan saya, dia mampu menolak apapun yang tidak dia suka. 

         Anak-anak itu menjadi anugerah terindah dari Tuhan, yang lebih dari harta kekayaan menurut para orangtua. Kalau di istilah Batak, seperti yang dinyanyikan oleh om Victor Hutabarat dalam lagunya, dikatakan bahwa "anakkon hi do hamoraon di au". Kalimat ini kira-kira memiliki makna bahwa "anakku adalah hartaku yang paling berharga dihidupku". Anak juga menjadi salah satu faktor "penting" keberhasilan orangtua atau keluarga tersebut. Anak menjadi alasan semangat orangtua dalam bekerja siang hingga malam demi mengusahakan yang terbaik untuk anak-anaknya agar sukses kelak. Oleh karena itu,  anak biasanya sudah tahu diri, melihat orangtua susah payah mencari untuk dirinya, anak pun harus berusaha keras untuk menjadi orang yang terbaik. Bener kan, guys? Hehe

"Pokoknya kau harus lebih sukses dan bahagia daripada bapak", begitu kata bapak suatu hari.

         Di suku Batak, garis keturunan menganut sistem patrilineal, dimana seorang anak akan mewarisi marga dari bapaknya. Sebagai contoh apabila seorang bapak bermarga Manurung, maka otomatis anak-anaknya (baik laki-laki maupun perempuan) akan bermarga Manurung pula. Sehingga biasanya, orangtua akan sangat bangga apabila memiliki anak sulung laki-laki, dimana akan menjadi ahli waris marga serta menjadi kebanggaan tersendiri bagi mereka. Namun, hal ini bukan berarti tidak menjadi kebanggaan apabila memilik anak sulung perempuan. Dalam suku Batak ini, sistem patrilineal ini menjadi sebuah kesulitan bagi keluarga yang tidak memiliki anak laki-laki maupun tidak memiliki keturunan, karena menjadi sebuah kepunahan marga dalam keluarganya.

         Ketika bapak masih menapakkan kakinya di bumi ini, saya sering dibawa berkelana bertemu dengan rekan-rekan beliau, lalu dengan bangganya mengenalkan saya dan mengatakan, "Ini Boruku, Boru Panggoaranku.", sambil merangkul pundak kecil saya kala itu, dilanjutkan pujian rekannya menyatakan bahwa saya terlihat berbeda dengan beliau dan disusul oleh sipu maluku.

         Anak pertama dalam istilah bahasa Batak disebut dengan panggoaran, goar menjadi kata dasar yang berarti nama, sehingga berarti anak yang akan membawa nama orangtuanya. Kalau dalam kamusbatak.com, panggoaran memiliki arti dimana nama anak pertama jadi nama panggilan orang tuanya. Sehingga apabila anaknya perempuan, maka akan disebut dengan Boru Panggoaran. Contohnya, seorang Bapak yang memiliki anak pertama bernama Putri, maka akan disebut "Amani Putri". Anak atau Boru Panggoaran menjadi sebuah harapan bagi orangtua. Panggoaran harus sukses sebagai bukti bahwa orangtua tersebut sukses dalam mendidik anak dan menjadi contoh atau panutan untuk saudara lainnya. Hal ini terkadang menjadi sebuah beban bagi anak sulung, namun perlu dipandang sebagai hal yang positif agar tidak menjadi 'beban' yang terasa berat. Jadi motivasi. 

         Saya bukan seorang batak yang batak banget. Sering kali saya disebut dengan batak dalle, maksudnya batak bodong, tidak begitu faham dengan adat suku Batak. Sedih sih, tapi harus terus mencoba untuk belajar budaya sendiri. Dan, pada kesempatan baik ini, saya ingin berbagi lagu-lagu beserta makna lagunya, hehe. Sebenarnya ada banyak lagu yang menggambarkan harapan orangtua kepada anak sulungnya, tapi berikut merupakan lagu-lagu yang menyentuh hati saya :")
Ohya, mencari di google dengan keyword : "Lirik lagu dan terjemahannya" merupakan andalan saya. So, here we go. 

Lagu ini merupakan salah satu lagu yang sering didendangkan ketika acara-acara batak seperti Bonataon (acara untuk membuka tahun yang baru), dan acara lainnya. 

Sedikit kutipan lagu ini :
"Burju-burju ma ho namarsikkola i
Asa dapot ho na sinitta ni rohami"
Artinya:
"Baik-baiklah kau bersekolah agar engkau mendapat/meraih apa yang diinginkan hatimu"

Melalui lagu ini, penyair menggambarkan seorang bapak yang mengungkapkan kasih sayang serta harapan baik kepada anak sulung perempuannya, dengan memberikan nasihat untuk tetap bersemangat dalam pendidikan dan dapat mencapai apapun yang diinginkan. Selain itu penyair juga menggambarkan harapan bapak agar anak sulungnya dapat menjaga dirinya dan dapat menjadi penopang bagi orangtuanya kelak.

Lagu ini diperkenalkan oleh Ibunda tercinta. Beliau menyuruh saya untuk mendengarkan serta memahami arti lagu ini dengan seksama. Setelah sekian kali mendengarkan, akhirnya air mata saya menetes setelah mengerti arti lagunya.

"Unang huida ho marsak
Nasa tolap ni gogoki hubaen do
Unang hubege ho tangis
Maniak ate-atekki manaon i
Tondi-tondi hu do ho
Hagogoonku do ho"
Artinya
"Jangan kudengar kau bersusah/bersedih
Sekuat tenaga akan kulakukannya untukmu
Jangan kudengar kau nangis
Perih hatiku merasakannya
Kaulah jiwaku
Kaulah kekuatanku"

Lagu batak yang tergolong baru ini mencerita tentang cinta dan kasih seorang bapak kepada anak perempuannya. Penyiar juga menyatakan bahwa bapak merupakan cinta pertama anak gadisnya, yang akan ikut sedih dan patah hati apabila anaknya sedih atau menangis. Seorang bapak akan berusaha untuk membuat anaknya bahagia dan berhasil, karena anak merupakan anugrah terindah dari Tuhan. 

Well, sekian, terimakasih sudah membaca, ya!^^

Komentar

  1. Halo saya suka topik kamu. Jarang banget bisa belajar budaya batak dengan kasual dan kata kata yang gak terlalu berat tapi bisa dimengerti. Kutunggu postingan selanjutnya. Semangat min

    BalasHapus
  2. mantap kak, boru panggoaran yang dibanggakan :))) semangattttt

    BalasHapus

Posting Komentar